Faktor Umur Kelapa sawit
Pertama kali penyakit BSR ini dilaporkan sebagai penyakit kelapa sawit berumur tua yang mengalami penuaaan, yaitu kelapa sawit yang berumur lebih dari 25 tahun, dan hal ini dianggap wajar karena faktor penuaan menyebabkan kekebalan tubuh tanaman kelapa sawit menurun (Turner, 1981). Namun, seiring dengan perjalanan waktu pendapat tersebut berubah, dimana tanaman kelapa sawit yang jauh lebih mudapun terinfeksi pula (Singh, 1991; Khairudin, 1993). Turner (1981) menyatakan bahwa , pada usia di mana kelapa sawit terinfeksi akan tergantung pada: (i) laju kolonisasi jaringan dari tanaman sebelumnya; (ii) kedekatan dari koloni jaringan Ganoderma dengan tanaman kelapa sawit; (iii ) waktu untuk melakukan kontak dari akar ke jaringan sampai menimbulkan infeksi, dan (iv) pertumbuhan jamur sepanjang akar dan keberadaannya di dalam jaringan batang. Secara umum, gejala penyakit BSR mulai muncul pada tahun keenam setelah penanaman, dan kemudian meningkat pesat pada tahun ke sebelas dan demikian seterusnya (Tabel 3.3). Disarankan bahwa, di lapangan, agar dilakukan pencegahan inokulum penyakit untuk tidak kontak dengan akar tanaman kelapa sawit yang sehat (Khairudin, 1993).
Sumber gambar: PT Mitra Sukses Agrindo (2011)
Tabel 3.3. Hubungan antara tingkat serangan BSR dengan umur tanaman kelapa sawit di perkebunan Four Golden Hope, Malaysia (From Khairudin, 1993).
Golden Hope Plantation Estates |
Tingkat Serangan penyakit BSR (%) |
||||
0-5 tahuna |
6-10 tahun |
11-15 tahun |
16-20 tahun |
> 20 tahun |
|
Melentang, Bagan Datoh |
0.7 |
0.4 |
4.6 |
44.6 |
43.3 |
Chersonese, Sg. Krian |
0.0 |
14.0 |
12.4 |
25.2 |
35.8 |
Dusun Durian, Banting |
0.0 |
2.1 |
12.8 |
24.1 |
24.9 |
West, Carey Island |
0.0 |
0.4 |
2.5 |
9.7 |
18.9 |
a Tahun setelah penanaman.
Tanaman sebelumnya
Hubungan antara penyakit BSR dan tanaman sebelumnya ternyata sangat nyata (Turner, 1965a). Wabah penyakit BSR yang berat terjadi di perkebunan kelapa sawit dimana sebelumnya ditanami kelapa atau di areal yang meninggalkan tunggul yang telah dihuni oleh Ganoderma dalam tanah. Pada lahan bekas tanaman kelapa, infeksi Ganoderma sudah mulai nampak pada kelapa sawit usia 12-24 bulan, dan tingkat serangan akan tinggi pada usia kelapa sawit mencapai 4-5 tahun (Singh, 1991). Pada usia 15 tahun BSR mampu memusnahkan populasi kelapa sawit sampai mencapai 40-50% dari total populasi (Tabel 3.4). Situasi serupa juga terjadi pada kebun kelapa sawit yang sebelumnya ditanami kelapa sawit terutama pada usia mencapai 15 tahun.
Namun sebaliknya di lahan perkebunan kelapa sawit yang sebelumnya lahan hutan atau lahan bekas tanaman karet kejadian penyakit BSR mulai terasa pada usia tanaman mencapai 10-12 tahun dengan tingkat serangan yang tidak begitu tinggi (Turner, 1965b). Bahkan menurut Ariffin dkk (1989) serangan BSR pada kelapa sawit tidak hanya terjadi pada lahan bekas karet dan kelapa saja, namun juga terjadi pada lahan bekas penanaman nenas. Sebuah penelitian baru yang dilakukan di lahan 8.000 ha menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang pasti antara tanaman sebelumnya dengan penyakit BSR ini namun yang penting sumber inokulum Ganodermalah yang harus menjadi perhatian utama untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat serangan BSR pada lahan kelapa sawit (Khairudin, 1993).
Sumber gambar: PT Mitra Sukses Agrindo (2011)
Tabel 3.4. Hubungan antara tingkat BSR dan tanaman sebelumnya (Singh, 1991).
Usia tanam |
Tingkat serangan BSR (%) |
|||
Bekas hutan |
Bekas karet |
Bekas kelapa sawit |
Bekas kelapa |
|
5 |
- |
- |
0.4 |
0.2 |
6 |
- |
- |
0.7 |
0.4 |
7 |
- |
- |
1.8 |
0.8 |
8 |
0.1 |
- |
3.3 |
1.8 |
9 |
0.6 |
- |
5.4 |
2.8 |
10 |
1.0 |
- |
9.1 |
6.2 |
11 |
1.2 |
1.6 |
15.3 |
11.5 |
12 |
2.1 |
2.2 |
23.8 |
16.7 |
13 |
3.8 |
3.0 |
30.6 |
30.7 |
14 |
6.7 |
3.6 |
36.4 |
41.5 |
15 |
6.7 |
5.7 |
42.4 |
51.1 |
16 |
10.7 |
8.3 |
- |
61.2 |
17 |
13.8 |
12.5 |
- |
- |
18 |
18.0 |
15.3 |
- |
- |
19 |
23.2 |
- |
- |
- |
20 |
31.0 |
- |
- |
- |
21 |
33.1 |
- |
- |
- |
Tipe tanah
Umumnya tingkat serangan penyakit BSR yang tinggi sering terjadi dan ditemukan di lahan perkebunan kelapa sawit tanah pesisir (Navaratnam, 1964; Turner, 1965d). Khairudin (1990a) melaporkan bahwa hampir sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit di daerah pesisir di Malaysia terserang penyakit BSR dengan tingkat serangan yang tinggi seperti daerah kangkung, Bernam, Sedu, Sogomana, Parit Botak, Jawa, Merbok, Briah, Tangkang, Sabrang, Selangor, Carey dan Linau. Dari kenyataan tersebut diduga bahwa serangan penyakit BSR ada kaitannya dengan sifat tanah dan kandungan air dalam tanah. Tipe tanah seperti tanah clay, silty clay, clay loam dengan drainase air yang buruk serta kapasitas menahan air yang tinggi rentan terhadap serangan penyakit BSR. Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Khairudin (1990) menyatakan bahwa pada tipe tanah darat seperti areal Holyrood, Sungei Buloh, Rasau, Bungor, Batu Anam / Durian dan Munchong, juga rentan terhadap BSR dengan tingkat serangan yang sangat tinggi. Ariffin et al, (1989); Rao (1990) dan Benjamin dan Chee (1995) juga melaporkan bahwa serangan BSRpun telah menyerang perkebunan kelapa sawit di lahan gambut dan tanah laterit. Selanjutnya perlu ada penelitian lebih mendalam bagaimana sebenarnya peranan tipe tanah terhadap tingkat serangan BSR yang menyerang tanaman kelapa sawit.
Nutrisi dalam tanah
Nutrisi dalam tanah yang berpengaruh terhadap sifat kimia tanah juga sangat mempengaruhi perkembangan penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma ini. Pengaruh pemberian pupuk kimia terhadap tingkat serangan BSR pada tanaman kelapa sawit di lahan dengan tipe tanah campuran antara tanah liat debu dengan aluvium laut telah dilakukan oleh Singh (1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian phosphat dan KCl secara nyata meningkatkan serangan penyakit BSR yang diakibatkan oleh Ganoderma, namun sebaliknya pemberian urea justru menurunkan tingkat serangan penyakit BSR. Sedangkan pada tanah aluvial laut, pemberian pupuk KCl justru mengurangi tingkat serangan BSR, sedangkan pemberian rock fosfat dan urea justru malah merangsang perkembangan penyakit BSR (Singh, 1991). Akbar dkk (1971) melakukan penelitian di Indonesia dimana pemberian pupuk KCl dosis tinggi dan pemberian urea pada dosis yang rendah dapat meningkatkan tingkat serangan penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma. Dell (1955) dan Akbar dkk (1971) juga menyatakan bahwa pemberian magnesium pada dosis tinggi dan rendah dapat meningkatkan serangan penyakit BSR. Penyelidikan yang dilakukan oleh Turner and Chin (1968) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit yang terinfeksi BSR pada media tanahnya mengandung KCl, fosfat dan nitrogen dengan dosis yang tinggi demikian juga unsur lainnya seperti magnesium, boron dan tembaga. Sedangkan Singh (1991) juga menyatakan bahwa akar sawit yang terinfeksi, tanahnya yang diambil di pedalaman dan pesisir mengandung fosfat, seng dan besi pada kadar yang tinggi.
Teknik penanaman kembali
Hubungan antara tingkat serangan BSR dan teknik penanaman kembali (replanting) telah dilakukan dimana Turner (1965) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat secara nyata antara kedua hal tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan di kebun Golden Hope Plantation Berhad tentang hubungan antara teknik penanaman kembali dan tingkat serangan BSR memperlihatkan bahwa teknik dengan cara Underplanting sangat rentan terhadap penyakit BSR dengan tingkat serangan yang tinggi (dari 27% tingkat serangan pada penanaman sebelumnya menjadi 33% serangan setelah dilakukan replanting pada usia tanaman kelapa sawit 15 tahun). Sedangkan teknik replanting dengan cara “clean clearing” tingkat serangan BSR menurun dari 27% menjadi 14% demikian pula dengan cara windrowing dimana tingkat serangan menurun dari 27% menjadi 17.6 % (Tabel 3.5) (Khairudin, 1990b).
Tabel 3.5. Hubungan antara Tingkat serangan penyakit Basal Stem Rot (BSR) dan teknik penanaman kembali (replanting) pada tanaman kelapa sawit usia 15 tahun (Khairudin, 1990).
Teknik replanting |
Tingkat serangan BSR (%)* |
Clean clearing1 |
14.0a |
Windrowing2 |
17.6a |
Underplanting3 |
33.0b |
SE |
1.9 |
LSD (P=0.05) |
6.5 |
1 Pembersihan lahan yang di dalamnya termasuk pemberian racun pada tegakan tanaman kelapa sawit tua, penebangan mekanik, pemotongan batang, pengeringan potongan batang dan terakhir pembakaran.
2 Windrowing adalah pembersihan lahan kelapa sawit dimana batang kelapa sawit ditumpuk pada jalur antar tegakan (interrow) tanpa melakukan pemilahan batang, tanpa pengeringan dan tanpa pembakaran.
3 Underplanting adalah teknik penanaman kembali dengan cara meracuni tanaman kelapa sawit tua, penanaman tegakan baru dimana setelah 18 bulan dari penanaman tegakan baru, tanaman tua ditebang secara mekanis, pemotongan batang, penumpukan batang pohon tua di jalur antar tegakan (interrow).
Sumber :
Status of Ganoderma in Oil Palm
By D. Ariffin1, A.S. Idris1 and G. Singh2
1Palm Oil Research Institute of Malaysia, Persiaran Institute, Bangi,Kuala Lumpur, Malaysia
2United Plantations Behad, Jenderata Estate, Perak, Malaysia in Flood, J., Bridge, PD and Holderness, M.(Eds) (2000) Ganoderma Diseases of Perennial Crops. CABI Publishing . 49-52.
Disunting oleh : Syarif Bastaman (2011). Divisi R&D PT Mitra Sukses Agrindo-Jakarta.
Sumber gambar: Ganoderma Center (2010) dan Dept. R & D PT Mitra Sukses Agrindo (2011)