Sampai sekarang, belum ada teknik yang cukup memuaskan dan telah tersedia di pasar untuk mendeteksi infeksi BSR ini secara dini pada kelapa sawit, walaupun Reddy dan Ananthanarayanan (1984) mengatakan bahwa teknik antibodi fluorescent dapat digunakan untuk mendeteksi G. lucidum yang percobaannya dilakukan pada akar tanaman betelnut. Darmono dkk. (1993) telah mengembangkan teknik antibodi poliklon untuk mendeteksi miselia jamur Ganoderma pada tanaman kelapa sawit. Teknik ini di masa depan dapat diandalkan untuk melakukan pendeteksian secara dini penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma pada kelapa sawit.Untuk lebih menambah khazanah pengetahuan kita tentang Ganoderma, Ariffin dan Idris (1991) telah mengembangkan teknik GSM yaitu Media selektif Ganoderma dimana teknik ini secara selektif dapat mengisolasi patogen Ganoderma dari setiap jaringan tanaman yang terinfeksi secara langsung dapat dilakukan di lapangan baik melalui sterilisasi maupun tanpa sterilisasi. Teknik GSM yang dipadukan dengan teknik pengeboran batang kelapa sawit yang terinfeksi sangat memungkinkan untuk mendeteksi secara dini penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma ini walaupun tanaman kelapa sawit tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit dari luar.
Pengawasan penyakit BSR
Untuk menemukan solusi terhadap masalah penyakit BSR pada tanaman kelapa sawit ternyata tidak mudah dan memerlukan ekstra kerja keras. Untuk itu disarankan untuk melakukan pengawasan di kebun baik jangka pendek maupun jangka panjang agar akibat dari penyakit BSR ini dapat dikurangi atau ditekan atau bahkan dihilangkan sama sekali terutama pada saat melakukan penanaman kembali (replanting) (Ariffin et al., 1989). Untuk jangka pendek, agar dilakukan pengawasan kebun kelapa sawit dengan cara pemberian fungisida. Tim R & D kebun juga harus berkonsentrasi penuh untuk mencari cara yang cepat dan tepat agar proses pembusukan batang kelapa sawit tua lebih cepat guna meminimalisir inokulum Ganoderma berpindah ke tanaman yang akan ditanam kembali saat replanting (Paterson dkk., 2000). Selain itu, pengawasan juga perlu dilakukan terhadap tanaman kelapa sawit yang masih berproduksi dan sehat dan melakukan pendeteksian secara dini apakah tanaman terinfeksi atau tidak sebab apabila tidak dilakukan pengendalian dikhawatirkan pohon yang nampak sehat itu sebenarnya berpotensi sebagai sumber penyakit BSR.
Teknik budidaya kelapa sawit
Teknik budidaya kelapa sawit telah dikembangkan oleh para ahli guna mengendalikan penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma. Misalnya dengan cara pembuatan parit di sekitar pohon kelapa sawit yang terinfeksi agar miselia jamur patogen ini tidak menyebar ke tanaman lain yang sehat (Wakefield, 1920), namun cara ini belum memuaskan karena faktanya kedalaman parit tidak menjamin untuk mencegah akar yang terinfeksi melewati lapisan bawah parit demikian pula pemeliharaan paritpun sangatlah tidak mudah. Cara lainnya adalah basidiomata dikumpulkan dari tanaman kelapa sawit yang terinfeksi lalu olesi dengan senyawa karbolineum untuk mencegah spora menyebar tetapi cara inipun kurang menjamin karena spora sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menyebabkan infeksi secara langsung (Turner, 1981). Drainase yang jelek, banjir, pemberian pupuk yang tidak lengkap dan seimbang, kekurangan unsur hara/defisiensi dan gulma sangat berpengaruh nyata pada peningkatan serangan BSR pada kelapa sawit (Turner, 1981). Yang paling mutakhir, para ahli mengatakan bahwa untuk mengendalikan BSR adalah perbaikan kesehatan tanah melalui teknik budidaya kelapa sawit dengan menggunakan pupuk organik atau kombinasi antara pupuk organik dan pupuk kimia. Lim et al. (1993) dan Hasan dan Turner (1994) juga sepakat bahwa perlakuan operasi pada kelapa sawit yang terinfeksi dan diikuti dengan perbaikan tanah di sekitar tanaman yang sakit dapat memulihkan kembali tanaman tersebut dan dapat kembali memberikan hasil yang diharapkan. Jadi perawatan yang intensif nampaknya dapat memperpanjang usia ekonomis kelapa sawit yang tadinya terinfeksi. Penelitian lebih lanjut oleh Ho dan Khairudin (1997) menunjukkan bahwa perbaikan kesehatan tanah dengan fumigan, dan/atau tanpa fumigan mampu memperpanjang produktifitas kelapa sawit dan mencegah melemahnya kekuatan fisik kelapa sawit sehingga tidak mudah roboh kena angin. Semua ulasan di atas sifatnya hanya pencegahan bukan tindakan kuratif terhadap penyakit BSR yang disebabkan oleh Ganoderma.
Persiapan Lahan untuk Replanting
Teknik persiapan lahan yang benar pada saat melakukan replanting/penanaman kembali sangat penting untuk mengendalikan serangan penyakit BSR. Cara ini sangat strategis karena penyakit BSR seperti diketahui dapat menular melalui akar ke akar dimana miselia jamur Ganoderma menyebar. Sanitasi lahan sangatlah diperlukan dalam proses replanting guna mencegah penularan infeksi BSR yang sumbernya berasal dari jaringan pohon sawit tua yang terinfeksi. Itulah sebabnya pemusnahan batang pohon tua sangat mutlak dilakukan guna menghancurkan dan mengurangi inokulum Ganoderma (Khairudin, 1990b; Singh, 1991). Teknik replanting telah dibahas di muka yaitu teknik clean clearing, underplanting,dan windrowing dimana ketiga teknik ini telah dipraktekkan di Malaysia. Pengaruh ketiga teknik ini terhadap serangan BSR juga telah disajikan pada tabel 3.5 (Lihat : Mengenal Pathogen Ganoderma Pada Kelapa Sawit - Volume III). Dari tabel tersebut nampak bahwa teknik clean clearing memberikan hasil yang terbaik dalam menurunkan tingkat serangan BSR namun demikian belum sepenuhnya memuaskan (Singh, 1991). Karena menurut Singh (1991) masih ditemukan kejadian serangan BSR sebesar 28-32% walaupun sudah menggunakan teknikclean clearing. Hal ini terjadi karena masih adanya pemahaman yang kurang lengkap terhadap daya tahan hidup Ganoderma dalam jangka panjang yang masih terdapat dalam jaringan yang terinfeksi yang masih terkubur dalam tanah sehingga dapat menimbulkan penyakit epidemik (Flood dkk., 2000). Awalnya teknik clean clearing sangat dianjurkan dimana hal ini berdasarkan temuan bahwa jumlah inokulum Ganoderma minimal yang mampu menyebabkan infeksi adalah 734 cm3 (Turner, 1981). Itulah sebabnya berdasarkan asumsi ini teknik clean clearing dikembangkan untuk menghancurkan semua tunggul akar dan batang sawit yang terinfeksi yang menjadi markas utama patogen Ganoderma. Namun kenyataan akar-akar kecil yang saling bersentuhan masih tertinggal dan masih terinfeksi walau sudah dilakukan teknik ini. Mengingat ukuran Akar-akar yang terinfeksi ini sangat kecil maka dianggap tidak menimbulkan infeksi. Karena hasil penelitian Navaratnam dan Chee (1965) menyatakan bahwa fragmen akar kecil yang terinfeksi ini yang dijadikan sumber inokulum patogen sama sekali tidak menimbulkan infeksi pada pembibitan/persemaian kelapa sawit.
Sumber gambar: PT Mitra Sukses Agrindo (2011)
Selanjutnya setelah dilakukan inokulasi buatan pada persemaian kelapa sawit ternyata bahwa fragmen akar kecil yang terinfeksi ini berperan dalam penularan penyakit BSR. Fakta menunjukkan bahwa kecambah atau bibit kelapa sawit yang terkena inokulum kultur murni Ganoderma ternyata akarnya dapat terinfeksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa fragmen akar walau kecil ternyata secara signifikan dapat menjadi sumber inokulum patogen (Hasan dan Turner, 1998). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Singh (1991) bahwa infeksi yang terjadi pada tanaman sawit muda ternyata disebabkan oleh adanya kumpulan kecil akar yang terinfeksi yang ada dalam tanah yang berdekatan dengan pohon sawit muda tersebut.
Perlakuan operasi/pemotongan pada bidang infeksi
Operasi pemotongan jaringan kelapa sawit pada bagian yang terinfeksi direkomendasikan untuk dikerjakan walau hal ini menghasilkan hasil yang bervariasi (Turner, 1968). Pemotongan dilakukan secara mekanik dengan menggunakan pahat tajam mulai dari atas ke arah bawah permukaan tanah. Setelah dipotong, permukaan yang sakit diolesi dengan bahan kimia pelindung misalnya tar batubara atau dicampur dengan tiram. Metode ini harus mempertimbangkan umur kelapa sawit (Turner, 1981). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini berhasil dengan baik pada kelapa sawit yang berumur 12 tahun ke atas dimana jaringan sakit yang dipotong biasanya tidak dalam/dangkal karena batang sawit pada usia ini memiliki batang yang lebih keras (Singh, 1991). Operasi ini perlu diulang lebih dari satu kali karena jaringan yang terinfeksi belum hilang sempurna.
Sumber gambar: PT Mitra Sukses Agrindo (2011)
Pemberian fungisida
Akibat dari serangan penyakit BSR ini luar biasa maka pada jangka pendek dan menengah perlu dilakukan langkah-langkah pengendalian terhadap penyakit ini. Untuk pengendaliannya penggunaan fungisida sistemik melalui teknik aplikasi yang benar mungkin bisa menjawab masalah ini. Pengendalian dengan menggunakan fungisida ini jangan dibatasi hanya bagi kelapa sawit yang terinfeksi Ganoderma saja namun juga diberikan kepada tanaman yang sehat yang menyimpan potensi untuk terinfeksi atau terinfeksi pada tingkat subklinis. Demikian juga terhadap kelapa sawit muda yang walaupun tidak menunjukkan gejala sakit tetap harus ditreatment apalagi tanaman tersebut ditanam di areal yang sebelumnya telah terjadi wabah BSR yang tinggi. Dari hasil seleksi ada beberapa fungisida yang memiliki kemampuan dalam menghambat Ganoderma misalnya cycloheximide drazoxolone (Ramasany, 1972); triadimefone, triadimenol, methfuroxam, carboxin, carbendazim, benomyl, biloxazol dan cycloheximide (Jollands, 1983); hexaconazole, cyproconazole dan triadimenol (Khairudin, 1990a);. penconazole, tridemorph dan triadimenol (Lim et al, 1990). Formula merkuri organik juga merupakan penghambat Ganoderma yang handal namun secara komersil produk ini tidak menguntungkan karena masalah residu logam berat (Turner, 1981). Penggunaan fungisida sistemik tersebut dapat dilakukan dengan cara penyiraman larutan fungisida ke tanah, injeksi larutan fungisida ke batang atau kombinasi keduanya. Dari teknik tersebut ternyata injeksi ke batang jauh lebih baik. Dari hasil percobaan ternyata bahwa penginjeksian batang kelapa sawit yang terinfeksi dengan larutan fungisida carboxin/ quintozene adalah cara yang paling efektif dalam memperlambat perkembangan penyakit BSR sehingga mampu memperpanjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (George dkk., 1996). Hasil penelitian lain menyatakan pula bahwa dengan menggunakan alat suntik bertekanan fungisida sistemik (misalnya bromoconazole) terbukti mampu membatasi penyebaran infeksi Ganoderma (Ariffin dan Idris, 1997). Sedangkan di India larutan vitavax yang biasa dipakai untuk mengatasi penyakit layu pada kelapa berhasil untuk digunakan mengatasi Ganoderma pada kelapa sawit yang sakit dengan cara diinjeksikan pada batangnya sebanyak 500 ppm.
Perlakuan Fumigan
Penggunaan fumigan dianjurkan untuk digunakan guna mempercepat proses pembusukan atau pelapukan jaringan kayu dan proses pemindahan patogen. Salah satu fumigan yang dapat digunakan adalah Dazomet yang berbahan aktif methylisothiocyanate (MIT) dengan cara dicampur air dan disiramkan ke tanah atau disuntikan batang sawit yang sakit (Ariffin dan Idris, 1990). Dalam skala in vitro, dimana 1 mg Dazomet dalam cawan Petri yang ditumbuhkan Ganoderma ternyata dapat menghambat pertumbuhan Ganoderma/bersifat fungistatik (Ariffin dan Idris, 1991).
Biological control
Pengendalian penyakit BSR dewasa ini dapat dilakukan dengan cara biologis atau Biological Control. Cara ini prinsipnya adalah memanipulasi kehidupan Ganoderma dengan pemberian mahluk hidup lainnya yang bersifat antagonis. Mikroorganisme lain yang bersifat antagonis dengan Ganoderma adalah Trichoderma (Shukla dan Uniyal, 1989; PORIM, 1991;. Wijesekera et al, 1996), Aspergillus(Shukla dan Uniyal, 1989) dan Penicillium (Dharmaputra dkk., 1989). Mikroba antagonis ini akan bekerja secara efektif di dalam tanah apabila ditambahkan aplikasi pengasapan (fumigasi) dan pemupukan (Varghese dkk., 1975.). Trichoderma dapat diproduksi secara massal dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit yaitu limbah tandan buah dan sludge (Singh, 1991).
Kesimpulan
Penyakit busuk pangkal batang (BSR) memberikan dampak yang luar biasa bagi perkebunan kelapa sawit khususnya di daerah pesisir di Malaysia, dan sekarang ini BSR juga sudah mengancam perkebunan sawit lahan gambut, tanah pedalaman dan tanah laterit. Namun di tanah laterit tingkat serangannya masih rendah. Hubungan penyakit BSR dengan tipe tanah dan tanaman sebelumnya dan pola distribusi patogen ganas dan agresif ini belum dapat diungkap secara jelas. Demikian pula faktor kondisi lingkungan yang kaitannya dengan peningkatan serangan penyakit BSR ini perlu pengungkapan yang lebih dalam. Langkah-langkah pengendalian yang dianjurkan oleh para ahli sifatnya hanya menunda perkembangan serangan penyakit BSR guna memperpanjang usia produktif kelapa sawit melalui teknik budidaya yang benar, misalnya clean clearing yang sifatnya meminimalisir infeksi BSR melalui kontak akar dan perbaikan kesehatan tanah guna merangsang pertumbuhan akar yang baru. Penggunaan fungisida dianjurkan untuk digunakan walau masih dalam tahap pengembangan guna mengurangi inokulum Ganoderma pada tanaman kelapa sawit yang terinfeksi. Penggunaan alat suntik bertekanan merupakan terobosan baru dalam menerapkan fungisida untuk mengendalikan penyakit BSR pada kelapa sawit. Pemuliaan bibit kelapa sawit yang tahan penyakit BSR yang diakibatkan oleh Ganoderma merupakan prioritas utama.
Sumber :
Status of Ganoderma in Oil Palm
By D. Ariffin1, A.S. Idris1 and G. Singh2
1Palm Oil Research Institute of Malaysia, Persiaran Institute, Bangi,Kuala Lumpur, Malaysia
2United Plantations Behad, Jenderata Estate, Perak, Malaysia
In
Flood, J., Bridge, PD and Holderness, M.(Eds) (2000) Ganoderma Diseases of Perennial Crops. CABI Publishing . 49-52.
Disunting oleh :
Syarif Bastaman (2011). Divisi R&D PT Mitra Sukses Agrindo-Jakarta.