Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 645
Monday, 09 January 2012 06:40

Pentingnya Perbaikan Kesehatan Tanah

Untuk Pengendalian Busuk Pangkal Batang (BSR) Pada Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit

Oleh: M. Sariah and H. Zakaria, Department of Plant Protection, Universiti Putra Malaysia, Serdang, Selangor,Malaysia.
Diterjemahkan oleh: Syarif Bastaman

Pendahuluan

Penyakit busuk Pangkal batang (BSR) pada kelapa sawit, yang disebabkan oleh jamur Ganoderma, diakui sebagai penyakit yang sangat serius selama bertahun-tahun dan  menyebabkan kerugian ekonomi yang amat parah selama 10-20 tahun terakhir. Kerugian ini cenderung akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pengendalian yang dapat dilakukan dewasa ini hanyalah sebatas menyingkirkan sisa batang-batang dan tunggul kelapa sawit yang busuk guna menghilangkan sumber inokulum Ganoderma di lapangan terutama untuk penanaman kelapa sawit berikutnya.  Penyakit ini diduga menyebar melalui perakaran yang terinfeksi ke perakaran yang lain dimana miselia jamur Ganoderma berkembang. Walaupun sekarang ini tehnik replanting dengan cara clean clearing dianggap paling praktis dalam mengendalikan penyakit BSR dibanding teknik lainnya namun insiden penyakit ini masih tetap tinggi.

 

Demikian juga penggunaan cover crop kacang-kacangan yang dianggap mampu mempercepat proses pembusukan sisa-sisa batang sawit dan mampu menurunkan serangan Ganoderma ternyata masih diragukan  (Dharmaputra dkk., 1994). Hasan dan Turner (1994) menyatakan bahwa teknik clean clearing ternyata belum maksimal untuk mengendalikan penyakit BSR ini, walau telah menambah peningkatan perlakuan terhadap kedalaman tanah.  Pengendalian penyakit BSR dengan cara kimia di lapangan ternyata tidak efektif dan tahan lama walau hasil penelitian pada skala laboratorium terbukti efektif dalam mengatasi Ganoderma (Hashim, 1990; tahun 1996,).  Demikian juga penggunaan fungisida sistemik telah gagal dalam mengatasi jamur ini (Loh, 1976; Jolland, 1983). Pemberian perlakuan kimia hanya efektif apabila pemberiannya tepat pada bagian jaringan tanaman yang terinfeksi.  Hal ini menyulitkan untuk menempatkan fungisida kimia pada titik pusat infeksi tersebut karena  luka infeksi umumnya memiliki ukuran yang besar dan luas.  Luka infeksi umumnya ditemukan pada pangkal batang,  pada saat penyuntikan fungisida dengan menggunakan alat suntikan bertekanan tinggi harus diarahkan tepat ke titik pusat infeksi mengarah lurus ke arah tanah.  Dari hasil penelitian baru-baru ini diperoleh hasil bahwa penyuntikan dengan fungisida sistemik  Triadimenol ke dalam batang kelapa sawit terinfeksi membuat tanaman memiliki umur ekonomi yang bertambah 52 bulan sejak gejala BSR muncul pertama kali (Chung, 1991).  Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Ariffin (1994) menyatakan bahwa pemberian fungisida sistemik (Tridemorph dan Dazomet) dengan suntikan bertekanan mampu membatasi penyebaran infeksi BSR dan ia menyimpulkan bahwa bahan kimia yang disuntikan tersebut harus mengalir langsung dari batang ke arah akar di dalam tanah. 

Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit BSR Ganoderma di masa depan adalah dengan cara pengendalian secara biologis.  Seperti diketahui bahwa batang sawit hasil penebangan yang ditumpuk sebagai bagian teknik replanting sistem windrowing menghasilkan munculnya perkembangbiakan yang pesat jamur selain Ganoderma pada tumpukan kayu tersebut. Jamur-jamur tersebut umumnya bersifat saprofit.  Ide pengendalian Ganoderma ini didasarkan pada adanya populasi jamur lain yang bersifat non-patogen tersebut dalam proses dekomposisi jaringan kayu.

Namun pada kondisi normal nampaknya jamur non patogen tersebut tidak mampu mengatasi koloni jamur Ganoderma yang perkembangannya sangat pesat pada jaringan kayu yang membusuk tersebut. Oleh karena itu perlu memanipulasi kondisi lingkungan tersebut sedemikian rupa agar koloni Ganoderma dikurangi sehingga sumber infeksi dapat ditekan semaksimal mungkin.  Kenyataan ini terbukti di kondisi hutan alam, walau jamur patogen Ganoderma hadir, namun dapat ditekan oleh adanya jamur non-patogen sehingga sumber penyakit BSR dapat dikendalikan.  Hasil studi terhadap mikroflora tanah yang hidup di habitat hutan dan di habitat perkebunan ternyata perkembang biakannya berbeda secara nyata baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Varghese, 1972).  Seperti contohnya di tanah hutan pada lapisan permukaan humus ternyata yang mendominasi adalah jamur Aspergillus,  namun di lahan perkebunan jenis jamur ini kurang berkembang. Dengan demikian teknik pengendalian penyakit BSR Ganoderma dengan cara biologis harus betul-betul mempertimbangkan peran antagonis mikroflora tanah.  Dari hasil pengumpulan data terhadap populasi mikroba dan sporofora pada sekitar rhizosfir akar kelapa sawit ternyata didapat berbagai jenis mikroflora dari jenis jamur non-patogen sehingga keadaan ini memungkinkan untuk mengatasi Ganoderma secara biologis. Jamur-jamur patogen tersebut adalah spesies Trichoderma, Penicillium dan Aspergillus yang ‘total populasi fungi’ nya (dalam satuan cfu) mencapai lebih dari 30 %. Hubungan antara total populasi jamur non-patogen dan frequensi tingkat serangan BSR dapat dilihat pada Tabel 7.1.  Kondisi ini tentunya berbeda antara areal satu dengan areal lainnya, terutama hal ini dipengaruhi oleh faktor tanah dan faktor lingkungan setempat yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan populasi jamur non-patogenik pada rhizosfir akar kelapa sawit.  Misalnya total populasi Trichoderma pada areal rhizosfir akar kelapa sawit  hanya berkisar lebih kurang 103 cfu per gram tanah kering.  Jumlah ini dianggap masih terlalu rendah bila dibandingkan dengan berat total akar kelapa sawit.  Dari hasil analisa laboratorium terhadap pertumbuhan, jumlah koloni dan degradasinya, persaingan, antibiotika yang dihasilkan, serta test mycoparasitisnya menunjukkan bahwa isolat jamur Trichoderma sangat dominan mengendalikan  Ganoderma, dibandingkan jamur antagonis lainnya yaitu jamur Penicillium dan Aspergillus. Kemampuan menghambat Ganoderma tersebut untuk Trichoderma, Penicillium dan Aspergillus masing-masing adalah 48%, 28% dan 21%, , dibandingkan terhadap kontrol. Spesies jamur Trichoderma yang dominan adalah T. harzianum, T. hamatum, T.longibrachiatum, T. koningii, T. viride dan T. virens (Zakaria, 1989) dimana T. harzianum menunjukkan aktifitas antagonistik yang paling tinggi terhadap Ganoderma. Mekanisme kerjanya adalah melalui peningkatan daya saing dan efek mycoparasitis jamur-jamur tersebut yang terjadi lebih awal guna menghasilkan efek yang diharapkan. 

Tabel 1. Hubungan antara tingkat serangan BSR dan populasi jamur antagonis pada rhizosfir akar kelapa sawit

Lokasi

Insiden BSR (%)

Total cfu g-1

Tanah kering

Trichoderma

Aspergillus

Penicillium

Prang Besar

< 5

155

2

19

40

Brownstone

>40

25

1

1

17

Sungai Buloh

5-10

58

2

14

22

Pengamatan serupa juga dilakukan secara in vitro oleh Shukla dan Uniyal (1989) dan Anselmi et al, (1992) terhadap kemampuan Trichoderma dalam menghambat Ganoderma, Shukla dan Uniyal (1989) untuk Aspergillus  dan Dharmaputra dkk. (1989) untuk  Penicillium. Namun demikian, belum ada hasil penelitian yang menunjukkan keefektifan cara pengendalian biologis ini terhadap tanaman kelapa sawit yang terinfeksi atau usaha untuk menyuntikkan jamur antagonis ini ke dalam batang kelapa sawit yang sehat guna meningkatkan daya tahannya terhadap serangan BSR.

Kombinasi penggunaan Trichoderma dan limbah sludge kering kelapa sawit atau yang biasa disebut palm-oil mill effluent (POME) dengan cara menumbuhkan Trichoderma pada media sludge tersebut telah dilakukan, kemudian campuran tersebut ditaburkan pada lubang tanam kelapa sawit untuk mengendalikan penyakit BSR (Singh, 1991).  Namun cara ini masih harus diteliti untuk tanah jenis lempung-liat. Dari hasil pengamatan ternyata bahwa mekanisme persaingan jamur antagonis ini dengan ganoderma pada rhizosfir akar kelapa sawit masih belum terjawab baik secara in vitro di lab maupun di lapangan. Demikian juga suatu hal yang rumit dalam mengidentifikasi penyakit BSR  karena kurangnya pemahaman proses infeksi BSR dan penularannya di lapangan. 

[ Bersambung: Perlakuan Perbaikan Media Tanah Untuk Mengendalikan Ganoderma dalam Pembibitan Kelapa sawit ]

Read 4733 times

Informasi & Pelayanan

  • mitrasuksesagrindo@yahoo.com
  • 0251-834 9528 / 831 2843
  • 0813 737 00279 / 0811 810 699
  • Head Office: Jalan Boulevard Blok TN.2 No.7 Kelapa Gading Jakarta Utara 14240
  • Factory: Jl. KH Soleh Iskandar No.59 Bogor 16166

Distributor Resmi

Nogan App