Ganoderma boninense sp. menjadi ancaman yang menakutkan di kalangan pekebun kelapa sawit. Dahulu, jamur tular tanah ini diketahui akan menyerang tanaman yang melewati generasi pertama. Itu sebabnya, perkebunan sawit di wilayah Sumatera Utara banyak mengalami serangan Ganoderma. Namun, Heri DB, Presiden Direktur PT Mitra Sukses Agrindo, memaparkan serangan Ganoderma tak hanya dominan di Sumatera Utara saja melainkan wilayah lain seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung bahkan hampir semua wilayah Kalimantan meliputi Kalsel, Kaltim, Kalteng dan Kalbar sudah ada indikasi serangan dengan intensitas yang masih kecil dibandingkan Sumatera. Saat ini, tanaman kelapa sawit yang dibawah usia 25 tahun berpotensi mengalami penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan Ganoderma, sedangkan jenis tanah yang beresiko besar terhadap infeksi jamur ini adalah tanah-tanah pasir, ex-karet, ex-kelapa atau tanah pesisir.
Sebab merebaknya jamur patogen ini tidak terlepas dari terganggunya ekosistem yang menyebabkan populasi musuh alami Ganoderma menurun tajam. Musuh alami Ganoderma adalah Trichoderma sp, sehingga untuk mengantisipasi serangan Ganoderma, satu-satunya upaya yang efektif jangka panjang adalah menggunakan agensia hayati untuk menjaga populasi musuh alami tersedia dalam jumlah cukup, kemudian menjaga kecukupan carbon, memperbaiki sifat kimia tanah seperti pH dll yang intinya adalah mengembalikan ekosistem berjalan baik sehingga keragaman hayati terbentuk dan bekerja secara efektif, demikian kata Heri DB.
Oleh karena itu, dalam pandangannya, Ganoderma tidak boleh dianggap sebelah mata tanpa pengendalian serius. Berdasarkan perhitungannya, apabila tanaman mati 10 pokok per ha akibat Ganoderma, maka dengan standar produksi tanaman 200 kilogram per pokok per tahun, maka kerugian per hektare per tahun adalah 2.000 kilogram. Dengan asumsi harga TBS Rp 1.000 saja, ini berarti kerugian per hektare per tahun sebesar Rp 2 juta. Untuk satu estate seluas 10.000 hektare kerugian sudah mencapai Rp 20 miliar.
“Nilai kerugian ini berpotensi dapat meningkat jika serangan Ganoderma dibiarkan begitu saja tanpa upaya yang serius untuk menanggulanginya,” paparnya.
Berangkat dari masalah ini, PT Mitra Sukses Agrindo menawarkan produk biofungisida NOGAN yang sudah melewati serangkaian penelitian dan ujicoba. Produk ini mempunyai tiga bahan aktif andalan yaitu Trichoderma harzianum, Trichoderma pseudokoningii, dan Trichoderma viridedimana per gram produk ini mengandung minimal 105colony form unit (cfu) per gram.
Syarif Bastaman, Direktur Research and Development PT Mitra Sukses Agrindo, beberapa waktu lalumengemukakan ketiga bahan aktif ini dibuat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Bahan aktif di dalam NOGAN setelah diformulasi dengan carrier pilihan akan menghasilkan enzim kitinase, toksin trichodermin, anti-biotika viridin dangliotoksin, hormon dan zat lain yang bermanfaat guna meningkatkan ketahanan tanaman, serta foodbase dengan kualitas tinggi.Di dalam NOGAN terkandung biopolymer kitin yang berfungsi merangsang Trichoderma menghasilkan enzim kitinase dalam jumlah yang signifikan.
Material yang digunakan dalam formulasi inilah yang menjadi keunggulan tersendiri dibandingkan produk sejenis, sedangkan keunggulan lain adalah mudah aplikasi hanya ditabur dan produk ini di lapangan tidak disukai oleh hama seperti tikus, babi dll.
Serangan Ganoderma ke akar tanaman sawit karena ingin memakan lignin di dalam akar. Ketika persediaan lignin makin sedikit, Ganoderma berupaya menembus sampai ke batang untuk memperoleh lignin lebih banyak. Disinilah perlunya Trichoderma sebagai musuh alami dari Ganoderma, karena Trichoderma menghasilkan enzim kitinase yang menghancurkan dinding sel Ganoderma yang terbuat dari senyawa kitin.
“Semakin banyak kitinase yang dihasilkan, maka Ganoderma tidak mudah masuk ke batang, sehinggga konfrontasi ini akan dimenangi oleh Trichoderma. Di sisi lain dengan nutrisi, hormon dan antibiotika yang ada didalam formulasi NOGAN akan membuat tanaman recovery cepat dan lebih tahan terhadap serangan berbagai penyakit jamur patogen lainnya ” jelasnya.
Ujicoba NOGAN sudah diaplikasikan bagi semua fase pertumbuhan tanaman kelapa sawit mulai dari bibitan, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan(TM). Pada bibitan, produk ini dapat melindungi perakaran sejak dini dari infeksi Ganoderma. Sedangkan di fase TBM dan TM, setelah tiga bulan aplikasi pertumbuhan tanaman sangat bagus dari sisi warna dan kilap daun atau lebih jagur. “Bagusnya pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari carrier yang digunakan, carrier ini mengandung asam amino, hormon dan antibiotik,” ujar Heri DB.
NOGAN berbentuk powder yang disesuaikan budaya kebun tentang kemudahan aplikasi. Aplikasi cukup mudah karena biofungisida ini ditaburkan di sekitar piringan pada TBM dan TM serta dapat dicampur dengan media tanam untuk pembibitan. Selain itu, dapat digunakan sebagai pupuk lubang ketika peremajaan. Untuk tanaman yang terinfeksi, harus dilakukan tindakan isolasi dengan menggali piringan (10-15 cm) barulah ditaburkan NOGAN, setelah itu lubang kembali ditutup tanah. Dosis bibitan PN 40 gr/pk, MN 60 gr/pk, lubang tanam 100 gr/pk, TBM 200 – 300 gr/pk/th, TM 400 – 500 gr/pk/th.
Setelah tiga tahun dipasarkan, menurut Heri DB, perkebunan kelapa sawit nasional merespon positif produk ini. Namun demikian, dirinya terus membangun kesadaran pelaku sawit supaya mewaspadai serangan Ganoderma melalui serangkaian seminar di beberapa daerah seperti Sumatera Utara, Riau, Jambi, Palembang, dan Bangka Belitung. (Qayuum Amri)