Monday, 29 January 2018 03:49

WASPADAI SERANGAN GANODERMA DI MUSIM HUJAN

Musim hujan telah tiba.  Saat yang ditunggu petani dan pengusaha perkebunan kelapa sawit untuk melakukan pemupukan. Namun demikian petani pun harus waspada, terutama adanya penyakit yang mematikan pada kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma, karena Ganoderma menyukai cuaca yang lembab. Di Indonesia, Ganoderma dapat tumbuh pada pH 3-8.5 dengan temperatur optimal 30oC dengan kelembaban tinggi.  Namun Ganoderma dapat terganggu pertumbuhannya pada suhu 15oC dan 35oC, dan tidak dapat tumbuh pada suhu 40oC (Abadi dan Dharmaputra, 1988; Dharmaputra et al., 1993). Jamur  Ganoderma dapat ditemukan dan tersebar di seluruh dunia, tumbuh subur pada tanaman tahunan, termasuk jenis pohon jarum dan palem-paleman. Beberapa spesies Ganoderma adalah jamur pembusuk kayu, beberapa jenis bersifat patogen dan merugikan terhadap tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan tanaman tahunan. Selain pada tanaman kelapa sawit, Ganoderma juga penyebab kebusukan pada akar dan batang pada berbagai tanaman perkebunan lainnya seperti  kelapa, karet, betelnut, teh, kakao, persik dan pir, guarana, anggur dan pohon hutan seperti Acacia, Populus dan Macadamia. Di ekosistem hutan, Ganoderma memiliki peran ekologis dalam proses pemecahan senyawa lignin pada jaringan kayu.

 

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dalam replanting dari lahan bekas hutan atau bekas tanaman karet, penyakit busuk pangkal batang (BPB) oleh Ganoderma mulai terlihat serangannya pada tanaman kelapa sawit usia  sekitar 10 - 12 tahun (Singh, 1991). Tingkat serangan pada awalnya rendah, yaitu hanya 1-2% dari total populasi. Pada saat tanaman kelapa sawit mencapai umur 25 tahun dan siap untuk penanaman kembali, serangan BPB bisa mencapai 25% (Singh, 1991). Dalam replanting bekas tanaman  kelapa, penyakit BPB pada kelapa sawit bisa muncul jauh lebih awal, yaitu pada usia 1-2 tahun setelah tanam namun sifat serangan BPB nya masih sporadis. Baru pada tahun kedua belas, serangan penyakit mulai mengganas dimana ia dapat memusnahkan populasi sampai lebih dari 15%, meningkat menjadi 60% 4 tahun kemudian (Singh, 1991). Dalam peremajaan tanaman kelapa sawit, serangan BPB dapat mencapai 22% pada tahun ke-sepuluh, meningkat menjadi 40% 4 tahun kemudian (Singh, 1991). Tingkat serangan BPB yang tinggi juga dicatat oleh Khairudin (1990b) pada  kelapa sawit yang ditanam kembali dengan cara uderplanting. Dalam hal ini, serangan BPB  dapat mencapai 33% pada usia 15 tahun. Tingkat serangan 25% pada usia kelapa sawit 10 tahun terjadi pada lahan bekas kelapa (Ariffin et al., 1996.). Dua tahun kemudian serangan meningkat menjadi 40%.

Penyakit mematikan yang disebabkan oleh Ganoderma ini tengah mengancam jutaan hektar pertanaman sawit di Indonesia. Menurut DR. Darmono, Penelity senior,Direktur Ganoderma Center dan mantan Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Perkebunan, di lapangan serangan penyakit BPB pada perkebunan kelapa sawit khususnya di wilayah Sumatera Utara sudah berada pada kondisi mengkhawatirkan.  Darmono menjelaskan bahwa berdasarkan contoh kasus hasil sensus yang dilakukannya pada salah satu perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera, dalam satu hektar tanaman kelapa sawit umur 14 tahun generasi ke 3 dan ke 4 serangan penyakit BPB mencapai 50%. Jika tanaman kelapa sawit sudah terserang BPB maka cepat atau lambat tanaman akan menjumpai kematiannya. Sementara itu berdasarkan rekaman data serangan OPT yang diperoleh Direktorat Jenderal Perkebunan serangan penyakit BPB  terjadi di Sumatera Utara (2.691 ha), Bengkulu (678 ha), dan Aceh (135 ha). Diduga serangan penyakit BPB ini sudah banyak terjadi di luar ke tiga provinsi ini namun belum dilaporkan.     

Arti Penting Ganoderma

Ganoderma adalah jamur patogenik tular tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di hutan-hutan primer dan menyerang berbagai jenis tanaman hutan. Jamur ini dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan diskusi pada pertemuan Kebijakan Perlindungan Perkebunan tahun 2010 lalu disebutkan bahwa sesungguhnya jamur Ganoderma tergolong pada kelompok jamur yang lemah. Serangan jamur  Ganoderma pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan agroekosistem di perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya jamur kompetitor dalam tanah, akibat menurunnya unsur hara organik dalam tanah , aplikasi pupuk kimia dan herbisida kimia yang tidak bijaksana. Beberapa faktor krusial yang mempengaruhi perkembangan penyakit BPB antara lain bahan tanaman, jenis tanah, status hara, kerusakan lahan, teknik penanaman, dan tanaman yang ditanam sebelum pembukaan lahan baru dan replanting .  

Penyakit menyebar ke tanaman sehat bila akar tanaman bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Laju infeksi Ganoderma akan semakin cepat ketika populasi sumber penyakit (inokulum) semakin banyak di areal perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit muda yang baru saja ditanam.  Selain melalui perakaran, penyebaran spora Ganoderma juga bisa melalui air hujan.

Upaya Pengendalian

Menurut Darmono sesungguhnya yang “sakit” adalah lahannya, sehingga meskipun bibit kelapa sawit yang ditanam bebas dari inokulum Ganoderma namun bila ditanam pada areal yang sudah terinfeksi Ganoderma dalam kualitas dan kuantitas yang tinggi maka tanaman tersebut akan terserang juga. Penyakit BPB pada kelapa sawit mampu mengakibatkan kematian tanaman lebih dari 80% populasi tanaman pada satu hamparan. Kondisi inilah yang menjadikan penyakit busuk pangkal batang pada kelapa sawit sebagai penyakit terpenting yang harus segera dikendalikan.       

Strategi pengendalian penyakit BPB Ganoderma yang paling menjanjikan adalah dengan menerapkan pengendalian terpadu yaitu:

  1. Khusus bibit sawit, pengendalian hayati perlu dilakukan dengan pemberian jamur antagonis Trichoderma spp. dan Mikoriza.;  Pada saat di Pre Nursery,Main Nursery, dan ke dalam lubang tanam pada saat tanam Perdana atau replanting ditambahkan jamur Trichoderma spp.   Sedangkan untuk tanaman TBM dan TM aplikasi biofungisida dengan bahan aktif jamur Trichoderma spp yang selektif sebagai musuh alami Jamur Ganoderma setahun sekali sudah menjadi sesuatu yg wajib mengingat fakta dilapangan saat ini Ganodema sudah menyerang di hampir seluruh wilayah sentra2 perkebunan kelapa sawit , bukan lagi generasi 2 dan 3 tetapi generasi 1 sekarang sudah dijumpai serangan ganodermanya baik di Sumatera, Kalimantan, Bangka dan Sulawesi.
  2. Khusus untuk Replanting ,perbaikan lahan yg akan di Replanting sebaiknya dilakukan H-5 atau H-10 atau 5 – 10 tahun sebelum Replanting Sebaiknya perbaikan tanah di perkebunan kelapa sawit sudah dilakukan.
  3. Penggunaan bibit tanaman yang toleran terhadap serangan Ganoderma.
  4. Pembuatan parit isolasi untuk tanaman terinfeksi sebagai upaya memperpanjang masa produksi dan pencegahan penularan Ganoderma.
  5. Pemusnahan inokulum dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar.
  6. Meningkatkan kandungan bahan organik ke dalam tanah dengan mengaplikasikan atau mengembalikan bahan organic seperti kompos jangkos, dll.
  7. Melakukan kombinasi penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik berkualitas.

 

Issued by

R & D PT Mitra Sukses Agrindo (2017)

 

Read 4661 times

Informasi & Pelayanan

  • mitrasuksesagrindo@yahoo.com
  • 0251-834 9528 / 831 2843
  • 0813 737 00279 / 0811 810 699
  • Head Office: Jalan Boulevard Blok TN.2 No.7 Kelapa Gading Jakarta Utara 14240
  • Factory: Jl. KH Soleh Iskandar No.59 Bogor 16166

Distributor Resmi

Nogan App