Wednesday, 07 April 2021 07:32

Usaha Jitu Undang Cacing Tanah dengan Janjang Kosong Kelapa Sawit

Produksi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) atau sering disebut Janjang Kosong (Jangkos) dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) kurang lebih 23% dari volume Tandan Buah Segar (TBS) yang diolah. Maka apabila satu estate luasnya 10.000 ha dengan PKS 60 ton TBS per jam, maka setiap hari akan dihasilkan jangkos minimal 200 ton atau dalam satu generasi 20 tahun akan menghasilkan jangkos minimal 1 juta ton jangkos.

Dari perspektif ekosistem tanah seharusnya jangkos sawit ini semua kembali ke tanah seperti pelepah kelapa sawit karena jangkos merupakan sumber bahan organik yang volumenya sulit tergantikan oleh sumber bahan organik lain.

Kecukupan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu indikator kesuburan dan kesehatan tanah karena merupakan sumber makanan bagi kehidupan berbagai mikroba tanah yang bermanfaat dalam pelepasan hara yang dibutuhkan tanaman, demikian juga apabila bahan organik banyak maka kehidupan makro fauna cacing tanah akan terjaga eksistensinya. Cacing tanah ini sangat berperan dalam menghasilkan nutrisi siap saji berupa kotoran (kascing) yang kaya bahan organik, akan asam amino, humat, hara mikro dan lain sebagainya, sementara lendirnya mengandung actinomycetes yang bermanfaat bagi kesehatan tanaman.

Sebagai seorang planter yang salah satu tugasnya adalah menjaga keberlanjutan eksistensi tanaman dari generasi ke generasi, maka sudah seharusnya tanah sebagai media tumbuh kembang tanaman terus menjadi perhatian untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan kesehatan dan kesuburannya. Salah satu caranya adalah mengembalikan semua jangkos yang dihasilkan ke dalam tanah dengan jumlah sesuai volume jangkos yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri. Sebagai contoh apabila kebun menghasilkan rata-rata 25 ton TBS per ha, maka jumlah jangkos yang wajib dikembalikan ke tanah kurang lebih 5 ton jangkos per ha.

Apabila ingin cacing tanah hadir di dalam kebun lebih cepat maka jangkos tersebut harus di komposkan terlebih dahulu sampai C/N kompos menjadi setengahnya (50%) dari CN ratio awal (jangkos mentah) yaitu dari 70-80 menjadi 35-40. Aplikasi jangkos dalam bentuk kompos ini juga memberi manfaat lain yaitu tidak akan menjadi sarang atau breeding site kumbang badak seperti jika aplikasi dilakukan dalam bentuk jangkos mentah yang sangat beresiko menjadi breeding site kumbang badak apabila tumpukan tidak terkontrol ketinggiannya dengan baik.

Pengomposan jangkos usia 7 (tujuh) hari dengan Biodekomposer Eb.Dec (Sumber gambar: Penulis-PT MSA, 2020)

 

Kompos jangkos dengan C/N 35-40 sangat disukai cacing tanah (Sumber gambar: Penulis-PT MSA, 2020)

 

Strategi pengomposan jangkos agar lebih cepat, efektif dan serentak adalah dengan cara memberikan  tanggung jawab afdeling untuk melakukan komposting sendiri setiap harinya, dimana volumenya diatur setiap hari sesuai jangkos yang dihasilkan PKS. Sebagai contoh PKS yang mengolah 1.000 ton TBS per hari akan menghasilkan 200 ton jangkos dan kemudian didistribusikan ke-14 afdeling (asumsi kebun 10.000 ha), sehingga setiap afdeling mendapat jatah jangkos yang harus dikomposkan sebanyak maksimal 15 ton.

Jumlah ini tentu sangat ringan untuk dikerjakan setiap afdeling dibandingkan harus disentralisir pada suatu tempat yang tiap harinya harus menampung 200 ton jangkos, kalau sampai terjadi masalah dalam pengerjaan komposting yang disentralisir tersebut, maka tidak bisa dihindari jangkos akan menumpuk secara akumulasi dengan menggunung-gunung seperti yang umum disaksikan di sekitar PKS apabila distribusi jangkos ke lapangan belum menjadi prioritas. Cara ini hanya membutuhkan luas tanah  di masing-masing afdeling maksimal 2.000 m2 dengan pekerja cukup dua orang.

Bila cara ini bisa dikerjakan oleh seluruh afdeling, manfaat yang didapat adalah jangkos di PKS setiap hari bersih dari tumpukan, afdeling akan lebih aware terhadap kesehatan dan kesuburan lahannya, breeding site kumbang badak bisa dihindari dan tentu coverage area aplikasi kompos jangkos akan terkontrol mencapai 100%, bukan seperti selama ini yang hanya 10%-15% area saja karena filosofinya untuk mensubstitusi sebagian pupuk dengan dosis jangkos mentah 40-60 ton per hektar dimana sangat rawan terhadap berkembangnya kumbang badak.

Aplikasi kompos jangkos merata seluruh lahan (coverage area 100%) dalam perhitungan jangka panjang tidak hanya mengurangi tekanan penyakit tetapi juga meningkatkan efisiensi serapan hara tanaman yang pada akhirnya akan mengurangi biaya pemumpukan yang saat ini mencapai 60%-70% dari biaya produksi.

Bagi para planter, selamat mencoba karena dari praktik terbaik Anda lah akan lahir  teori baru.

Salam Planter Indonesia Hebat.

 

DITULIS OLEH HERI DB., PRAKTISI SAWIT – DIREKTUR PT MITRA SUKSES AGRINDO

Read 3220 times

Informasi & Pelayanan

  • mitrasuksesagrindo@yahoo.com
  • 0251-834 9528 / 831 2843
  • 0813 737 00279 / 0811 810 699
  • Head Office: Jalan Boulevard Blok TN.2 No.7 Kelapa Gading Jakarta Utara 14240
  • Factory: Jl. KH Soleh Iskandar No.59 Bogor 16166

Distributor Resmi

Nogan App