Jamur Ganoderma dapat ditemukan dan tersebar di seluruh dunia, tumbuh subur pada tanaman tahunan, termasuk jenis pohon jarum dan palem-paleman. Beberapa spesies Ganoderma adalah jamur pembusuk kayu, beberapa jenis bersifat patogen dan merugikan terhadap tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan tanaman tahunan. Selain pada tanaman kelapa sawit, Ganoderma juga penyebab kebusukan pada akar dan batang pada berbagai tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa, karet, betelnut, teh, kakao, persik dan pir, guarana, anggur dan pohon hutan seperti Acacia, Populus dan Macadamia. Di ekosistem hutan, Ganoderma memiliki peran ekologis dalam proses pemecahan senyawa lignin pada jaringan kayu.
Penyebaran Penyakit BSR secara geografis
Busuk Pangkal Batang pada kelapa sawit terjadi di Asia Tenggara yaitu Malaysia dan Indonesia; Angola, Kamerun, Ghana, Nigeria, Zambia, San Tome, Principe, Tanzania, Zimbabwe dan Republik Kongo di Afrika, Honduras di Amerika Tengah, dan Papua New Guinea pada Oseania (Turner, 1981). Baru-baru ini, penyakit ini dilaporkan terjadi di Kolombia (Nieto, 1995) dan Thailand (Tummakate dan Likhitekaraj, 1998).
Penyakit ini pertama kali diungkap pada tahun 1915 di Republik Kongo, Afrika Barat (Wakefield, 1920). Thompson (1931) menjelaskan bahwa di Malaysia dulunya penyakit ini telah menginfeksi kelapa sawit tua yang berusia lebih dari 25 tahun yang memang mau di tanami kembali (replanting). Sehingga BSR dianggap tidak penting secara ekonomis (Turner, 1981). Namun, menjelang tahun 1960-an, ketika kelapa sawit mulai dianggap sebagai tanaman perkebunan unggulan, penyakit BSR terus meningkat dimana tanaman kelapa sawit yang berusia lebih mudapun (10-15 tahun) terinfeksi (Turner, 1981). Bahkan baru-baru ini, Ganoderma telah menyerang kelapa sawit usia 12-24 tahun dan usia 4-5 tahun, terutama di areal replanting awalnya bekas tanaman kelapa (singh, 1991).
Penyakit ini paling sering terjadi di tanah liat di pinggir pantai, yang sebelumnya ditanami kelapa (Navaratnam, 1964). Jamur yang bersifat saprofit ini tumbuh pada batang/tunggul kelapa yang tersisa di lahan yang kemudian menyerang kelapa sawit. Intensitas serangan BSR yang tinggi terjadi pada kebun kelapa sawit di tanah pesisir Semenanjung Malaysia Barat (Khairudin, 1990a). Demikian juga pada lahan gambut dimana penyakit BSR ini sebelumnya ditanggapi kurang serius (Turner, 1981), namun menurut Ariffin et al. (1989) dan Rao (1990) Ganoderma merupakan ancaman bagi kelapa sawit di lahan gambut, dimana penyakit ini mampu menyerang tanaman usia muda secara intensif dan cepat.
Di lahan pedalaman serangan penyakit BSR ini masih relatif rendah dan tampaknya terbatas hanya pada areal tergenang saja (Khairudin, 1990). Namun, baru-baru ini telah dilaporkan bahwa penyakit BSR dianggap serius telah menyerang kelapa sawit yang tumbuh di tanah laterik yang sebelumnya hampir bebas penyakit (Benjamin dan Chee, 1995).
Di Indonesia, serangan BSR jarang terjadi pada tanaman kelapa sawit usia 7 tahun tetapi kemudian setelah tanaman sawit berusia 12 tahun serangan BSR meningkat dan menyerang sekitar 40% dari total populasi. Bahkan pada replanting generasi keempat, penyakit ini menyerang jauh lebih awal, yaitu pada usia 1-2 tahun (Hakim et al., 1998). Di Indonesia, penyakit BSR serangannya sangat tinggi terutama di tanah liat podsolik pedalaman dan pesisir (Hasan dan Turner, 1998).
Tabel 3.1. Serangan penyakit Busuk Pangkal Batang (BSR) pada tanah gambut (Ariffin, 1989)
Studi Kasus |
Usia Kelapa sawit (th) |
Tanaman sebelumnya |
Intensitas serangan BSR (%) |
1 |
10 |
Kelapa dan karet |
25.0 |
2 |
11 |
Karet |
53.0 |
3 |
12 |
Nenas |
37.2 |
Di Afrika Barat, BSR tersebar luas di areal tanaman/perkebunan liar dan merupakan penyebab umum kematian tanaman palem-paleman liar (Robertson et al., 1968.). Sebagian besar tanaman palem yang terserang berusia lebih dari 25 tahun, tetapi palem usia 10-15 tahun juga terinfeksi. Di Honduras penyakit BSR ditemukan pada tanaman usia lebih dari 12 tahun (Chinchilla dan Richardson, 1987). BSR juga mulai terjadi di Kolombia (Nieto, 1995) dan Papua New Guinea (Sanderson dan Pilotti, 1997).
Gejala Penyakit BSR pada Tanaman Kelapa Sawit
Pada tanaman kelapa sawit muda, gejala penyakit BSR yang dapat diamati dari luar adalah adanya daun yang menguning pada satu sisi, atau adanya bintik-bintik kuning dari daun yang lebih pendek, yang kemudian diikuti dengan nekrosis (Singh, 1991). Pada daun yang baru membuka nampak lebih pendek dibandingkan daun normal lalu mengalami klorosis dan bahkan mengalami nekrosis. Seiring penyakit ini terus berkembang, tanaman kelapa sawit nampak pucat keseluruhan, pertumbuhan lambat dan daun tombak yang tersisa tidak membuka.
Gejala serupa juga dapat diamati pada tanaman dewasa dimana beberapa daun tombak tidak terbuka dan kanopi daun umumnya pucat. Daun yang terserang kemudian mati dimana nekrosis dimulai pada daun yang paling tua dan merambat meluas ke atas ke arah mahkota daun. Tanaman kemudian mati dimana daun kering terkulai pada ujung pelepah pada batang atau patah tulang di beberapa titik sepanjang malai, dan menggantung ke bawah seperti “baju rok wanita”. Umumnya apabila gejala pada daun terus diamati, biasanya akan ditemukan bahwa setidaknya satu setengah bagian jaringan batang bawah telah mati diserang jamur. Apabila kelapa sawit muda terinfeksi, biasanya bakal mati dalam waktu 6-24 bulan sejak munculnya gejala pertama, tetapi tanaman kelapa sawit yang dewasa yang terinfeksi bakal mati 2-3 tahun kemudian.
Jaringan dasar batang yang terinfeksi nampak busuk kering. Pada penampang batang yang terkena, nampak bahwa jaringan kayu yang busuk berwarna coklat terang, ditandai dengan adanya daerah yang tidak beraturan yang berwarna gelap dan tepi luar dari daerah gelap tersebut ada zona berwarna kuning yang juga tidak beraturan. Zona kuning tersebut ditemukan antara tepi jaringan yang sakit dan jaringan sehat. Turner (1981) menyatakan bahwa zona gelap adalah sebagai ' zona reaksi ' infeksi dan zona kuning adalah hasil mekanisme pertahanan tanaman kelapa sawit terhadap infeksi. Ariffin et al. (1989) mengistilahkan bahwa zona gelap yang sempit ini adalah 'garis hitam', dan di dalam baris tersebut melekat sekelompok sel hifa yang membengkak pada kondisi dorman/istirahat. Jaringan kayu busuk yang berwarna coklat terang menyebabkan tanaman tumbang dan meninggalkan jaringan yang terinfeksi Ganodema di tanah. Selanjutnya, basidiomata Ganoderma akan tumbuh berkembang terutama pada musim hujan. Jika tanaman kelapa sawit yang terinfeksi tetap berdiri, nampak bahwa batangnya hampa atau keropos.
Akar kelapa sawit yang terinfeksi nampak sangat rapuh dimana jaringan internal pada akar mengering dan menjadi tepung. Jaringan korteks pada akar nampak berwarna coklat dan mudah hancur dan ‘stele’ akar menjadi hitam. Pada akar tua yang terinfeksi, jamur Ganoderma nampak seperti lapisan putih mirip tikar pada permukaan bagian dalam eksodermis (Singh, 1991).
Basidiomata Ganoderma atau sporofora bisa ‘ya’ atau bisa ‘tidak’ berkembang sebelum gejala daun muncul. Basidiomata tumbuh pada dasar/pangkal batang dari kelapa sawit yang akarnya terinfeksi Ganoderma, dan munculnya basidiomata inilah gejala yang paling diagnostik terhadap penyakit BSR. Saat munculnya basidiomata tergantung pada lamanya waktu pembusukan dari dalam ke arah pinggiran batang. Basidiomata awalnya muncul kecil sekali, lalu jaringan jamur yang berkembang membentuk seperti tombol putih dan kemudian dengan cepat menjadi basidiomata dewasa yang bervariasi dalam bentuk, ukuran dan warna. Permukaan atas basidiomata berwarna terang ke gelap coklat, dengan sedikit bercahaya dan nampak mengkilap. Di bawah permukaannya berwarna keputihan dan memiliki banyak pori-pori kecil. Umumnya basidiomata berdekatan satu sama lain nampak tumpang tindih dan membentuk semakin besar berstruktur. Keberadaan basidiomata dapat memberi petunjuk praktis terhadap keberadaan pusat penyakit dalam batang kelapa sawit. Ketika kelapa sawit mati, kolonisasi basidiomata akan terbentuk dengan cepat ke seluruh batang tubuh tanaman kelapa sawit.
Sumber :
Status of Ganoderma in Oil Palm
By D. Ariffin1, A.S. Idris1 and G. Singh2
1Palm Oil Research Institute of Malaysia, Persiaran Institute, Bangi,Kuala Lumpur, Malaysia
2United Plantations Behad, Jenderata Estate, Perak, Malaysia
In
Flood, J., Bridge, PD and Holderness, M.(Eds) (2000) Ganoderma Diseases of Perennial Crops. CABI Publishing . 49-52.
Disunting oleh :
Syarif Bastaman (2011). Divisi R&D PT Mitra Sukses Agrindo - Jakarta.